Selasa, 06 November 2012

Gua Jepang Dago Punya Fungsi Mitigasi Gempa?



Tim Katastropik Purba menduga keberadaan dua gua di kawasan Bukit Dago Pakar, Bandung, gua Jepang dan gua Belanda, memiliki fungsi lain selain sebagai lorong pertahanan dan penyelamatan. Gua tersebut diduga dibangun sebagai upaya mitigasi gempa.

"Apakah Belanda dan Jepang sengaja membangun ini sebagai upaya mitigasi dari gempa, mengingat fakta gua-gua itu masih berdiri tegar meski sekarang berada dalam hutan kawasan dan tempat pariwisata," kata Wisnu Agung Prasetya, Asisten Staf khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam keterangan tertulis yang diterimaVIVAnews, Jumat, 24 Februari 2012.

Tim Katastropik purba melakukan riset di lokasi ini mengingat jaraknya dekat dengan patahan Lembang yang membentang dari Maribaya sampai Cisarua. Pada patahan itu, akhir-akhir ini menunjukan aktivitas yang meningkat.

Sehari sebelum hari raya Idul fitri setahun lalu, Tim Katastropoik Purba melakukan riset mendadak ke Cisarua yang dilanda gempa 3 skala Richter (SR). Puluhan rumah rusak di atas patahan Lembang di Cisarua. Tim memperoleh bukti kuat sesar ini aktif.

Dalam riset DR Irwan Meilano dan GREAT ITB, tercatat sudah dua kali ekspose riset patahan Lembang sepanjang 2011. Paper yang baru saja direlease menunjukkan kecepatan pergerakan slip rate sesar Lembang sudah mencapai 6 mm per tahun atau semakin besar dibandingkan data 2009-2010, yang hanya 1,5 mm per tahun.

Sesar adalah kenampakan morfologis yang khas akibat proses tektonik. Suatu sesar dikatakan aktif bila mengalami deformasi dalam 10.000 tahun terakhir.
Berdasarkan penelitian, pada 2.000 tahun yang lalu pernah terjadi gempa di sekitar sesar Lembang dengan magnitude 6,8 SR. Pada 500 tahun yang lalu, juga pernah terjadi gempa dengan magnitude 6,6 SR. Hasil penelitian ini mengonfirmasi hasil penelitian dan perkiraan-perkiraan sebelumnya.

Sementara, DR Eko Yulianto, Peneliti LIPI, menemukan retakan yang terbentuk dengan panjang lebih 20 km dapat memicu gempa magnitude 6,5–7,0 SR yang merusak. Peneliti Belanda Nossin dkk pada 1996 menduga pergeseran Sesar Lembang segmen timur, bertepatan dengan pembentukan kaldera Sunda 100.000 tahun lalu.

Wisnu menilai, citra SPOT pengambilan Juli 2006 secara jelas menggambarkan citra udara wilayah sekitar Gunung Tangkubanparahu, Sesar Lembang, dan Cekungan Bandung. Dari citra itu, interpretasi kelurusan-kelurusan menunjukkan kemungkinan adanya retakan-retakan yang terbentuk di permukaan bumi wilayah itu. Kelurusan paling mencolok tentu saja garis hampir berarah timur-barat, yaitu jalur struktural Sesar Lembang.

Namun, selain itu, banyak kelurusan dapat diinterpretasi yang umumnya juga berarah barat-timur sejajar Sesar Lembang di Perbukitan Dago (Bandung Utara), sekitar kota Lembang hingga lereng selatan jajaran Gunung Burangrang–Gunung Tangkubanparahu–Gunung Bukittunggul.

Dari hasil geolistrik awal terlihat gua-gua ini terlihat sebagai tubuh dengan nilai resistivitas sangat tinggi (30.000 - 50.000 Ohm.m).

"Apakah gua-gua itu menyimpan fungsi lain? Seperti juga Gunung Sadahurip, kawasan Trowulan, kawasan Batu Jaya, Bukit Dago pakar masih memerlukan riset lanjutan. Jika dinyatakan cukup, maka tahap coring adalah tahap yang harus dilalui sebagai uji scientific," kata Wisnu. 
source: http://teknologi.vivanews.com/news/read/291167-goa-jepang-dago-punya-fungsi-mitigasi-gempa-

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 
;